Minggu

Berani Berantas Korupsi, Berawal dari Diri Sendiri


Korupsi, sebuah kata yang tak asing lagi di telinga kita, sering kita mendengar kata tersebut di beberapa pemberitaan media massa di Indonesia, dengan masalah yang tampak begitu rumit, sehingga tampak begitu sulit untuk dipecahkan, apakah budaya korupsi telah begitu mendarah daging di negeri ini ?, sehingga belum usai satu masalah korupsi, muncul kasus korupsi yang lainnya, apakah begitu mudahkan para pemimpin dan wakil rakyat mengambil uang milik rakyat tanpa ada rasa bersalah ? lalu apakah yang membuat para koruptor lain tidak jera  untuk melakukan hal yang sama.
Begitu banyak tanda tanya yang ada di pikiran saya, apakah memang negeri ini tidak mampu lagi melawan sebuah virus Korupsi yang terus menggerogoti Ekonomi negeri ini. Bagai pagar makan tanaman, Korupsi di lakukan oleh para pemimpin rakyat dan juga wakil rakyat yang harusnya mententramkan rakyatnya bukan malah menghancurkannya. Solusi dari masalah ini adalah kata “TEGAS” dari para penegak Hukum serta dari KPK yang memiliki tugas mulia untuk menghilangkan budaya korupsi dari negeri ini. TEGAS di sini adalah tegas untuk mengambil tindakan, tegas untuk tidak tebang pilih, bahkan jika boleh saya sarankan, Hukuman Mati juga bisa di terapkan, dengan tujuan tidak hanya memberikan hukuman, tapi juga memberikan efek jera untuk para koruptor berikutnya dan minimal membuat para koruptor berfikir seribu kali untuk melakukan korupsi. Jika muncul tanggapan bahwa Hukuman Mati melanggar HAM (Hak Asasi Manusia), kita bisa mengatakan bahwa mereka para koruptor juga melanggar HAM, mereka telah mengambil Hak milik rakyat, jika kita berbicara rakyat, kita tidak hanya membicarakan tentang 1 atau 2 orang tapi banyak orang, apakah setimpal jika koruptor yang merugikan negara serta mencuri uang milik rakyat hanya di hukum puluhan tahun ? bagi saya sebagai salah satu rakyat, itu tidaklah setimpal. Toh belum tentu di penjara dia mengalami sebuah penyesalan akibat perbuatan ang dia lakukan, seperti contoh kasus :

Mantan bos Golden Key Group (Edy Tansil) tinggal di sebuah bangsal besar di kawasan Rumah Sakit LP Cipinang yang asri. Dilengkapi AC dan fasilitas tinggal ala hotel berbintang. 


Januari 2010, di ketahui kasus sel mewah Artalita di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur. Artalita Suryani, terpidana kasus suap Jaksa Urip Tri Gunawan, tinggal di sebuah sel mewah yang dilengkapi spring bed, AC, TV plasma, komputer, set stereo, karaoke, karpet, kamar mandi dengan kloset duduk. Dia juga bebas berkomunikasi melalui handphone dan Blackberry, serta memelihara banyak pembantu bayaran (napi) di sel tempat tinggalnya. 

November 2010, Gayus Tambunan. Pegawai Dirjen Pajak yang memiliki harta milyaran rupiah itu tertangkap kamera fotografer media cetak sedang menonton pertandingan tenis internasional di Pulau Bali. Padahal, status Gayus adalah tahanan kasus suap di Mabes Polri yang melibatkan sejumlah pejabat Dirjen Pajak dan petinggi Mabes Polri. 

itu beberapa kasus yang telah tercium oleh media, tidak menutup kemungkinan masih banyak kasus serupa namun belum belum tercium ke permukaan. Cukup miris melihatnya, apakah ini bentuk nyata dari kata “Uang adalah Segalanya”, hingga mengesampingkan makna kata keadilan. Mereka memperoleh perilaku Istimewa dari pada narapidana lainnya, yang mungkin memiliki kesalahan yang jauh lebih ringan dari mereka (koruptor), tapi apa daya sekali lagi uanglah yang berkuasa, jika kita ingin memberantas korupsi maka harus di berantas dari akar-akarnya, tidak peduli siapapun dia, dan apapun jabatannya.

Ayo Mulai dari Diri Sendiri
Karena terlalu fokus untuk mengatasi koruptor yang terlanjur bertabah di negeri ini, kita lupa untuk mencegah munculnya koruptor-koruptor baru yang nantinya juga akan menggerogoti ekonomi negeri. Koruptor lahir dari sebuah sistem pemahaman yang mengajarkan ketidak jujuran. Tidak jujur, berbohong, merupakan sebuah alternatif cara yang ampuh untuk menyelesaikan sebuah masalah, itu pula yang dilakukan oleh koruptor, mereka berbohong untuk menutupi semua kesalahan mereka, namun sepertinya pepatah yang mengatakan bahwa “Sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga” yang memiliki arti bahwa sepintar apapun seseorang berbohong pasti akan ketahuan juga, pepatah itu seakan tidak berpengaruh pada negeri ini, karena “jika si tupai masih memiliki banyak uang di mulutnya, maka dia bebas untuk melompat lagi setelah terjatuh sebelumnya”.
Lalu bagaimana cara untuk mencegah lahirnya koruptor-koruptor muda ?
Tidak perlu berfikir jauh, cukup dengan menanamkan sifat jujur pada diri kita pribadi, bayangkan jika setiap bangsa Indonesia mempu menanamkan sifat jujur dalam dirinya, tidak akan ada lagi kata korupsi, serta tidak akan ada lagi yang di bohongi,

Namun sepertinya usaha untuk menciptakan bangsa yang jujurpun cukup sulit dinegeri ini, karena telah banyaknya pengaplikasian dari sikap ketidak jujuran yang di selubungi kata “Keterpaksaan”, salah satu contoh adalah budaya mencontek, dengan landasan keterpaksaan akibat tidak mampu menjawab soal, kita ambil contoh kecil saja, pada pelaksanaan UNAS, masih banyak kasus yang menunjukkan bocornya soal-soal UNAS yang di lakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab, ataupun kasus beberapa siswa/siswi yang ketahuan tidak jujur dengan mencontek dari kunci jawaban dll. Ini wujud prilaku tidak jujur anak bangsa, namun sadarkan bahwa prilaku itu telah menanamkan sebuah pemikiran baru dalam otak mereka, bahwa “segala masalah dapat dengan mudah di atasi dengan ketidak jujuran”. Bayangkan jika pemikiran ini mereka bawa hingga dewasa, bahkan hingga nantinya jika mereka menjadi para wakil rakyat, mereka akan terbiasa tidak jujur, bermulut manis tapi berprilaku buruk, hingga pada akhirnya mereka berani mengelapkan uang rakyat, membohongi rakyat, dll. Cara untuk mengatasi kasus ini adalah kembali pada diri pribadi, tidak perlu dengan menasehati atau memarahi orang yang kita anggap salah, namun cukup memberikan contoh dalam bentuk tindakan tentang bagaimana melakukan hal yang benar. Serta tetap tanamkan dalam diri bahwa jujur itu penting.

Sadarkah bahwa Kadang kita Juga Korupsi
Sadarkah kita bahwa perilaku kecil yang kita lakukan kadang bisa di sebut sebagai korupsi, jadi korupsi tidak hanya mengarah ke kasus pencurian uang hingga milyaran yang di lakukan oleh para pemimpin / wakil rakyat disana. Beberapa kasus korupsi kecil yang mungkin pernah kita lakukan tergambar pada komik di bawah ini.



Kadang kita sibuk menghujat para petinggi yang melakukan sebuah kesalahan besar, tapi kita lupa bahwa kita juga berpotensi melakukan hal yang sama, tetap instropeksi diri, dan budayakan sikap jujur untuk mulai berantas Korupsi, di awali dari Diri kita Sendiri !!!

8 komentar:

  1. wah karakter nih kan serig dilakukan oleh warga masyarakat kita antara si emak dan ank yang disuurh beli beli di warung emank sejak dini penanaman yang seperti ini yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya gan, sengaja saya beri contoh nyata yang sering terjadi di masyarakat, tanpa sadar ini menimbulkan sikap tidak jujur yang bisa saja di bawa hingga dewasa

      Hapus
  2. yup! diawali dari diri kita dulu.. disiplinkan diri kita dulu

    BalasHapus
  3. hahaha betul betul banget bro
    memang sebaiknya ga usah banyak berkoar tapi mulai dari diri sendiri

    jadi inget temen yang getol demo tentang korupsi
    tapi punya warnet sopwernya bajakan semua...
    *tragis...

    BalasHapus
  4. thanks mas..
    info y sngat bgus...i like it :)

    BalasHapus
  5. I certainly agree to some points that you have discussed on this post. I appreciate that you have shared some reliable tips on this review.

    BalasHapus
  6. This is wonderful. I am not quite familiar with the internet, but I believe that what I just read is some good material. Thanks for continuing to write such wonderful articles. God bless.

    BalasHapus